Berita Terkini - Direktur Deteksi Ancaman Badan Siber dan Sandi Negara Sulistyo menjelaskan setidaknya ada tiga jenis serangan siber saat Pipres 2019. Pertama adalah serangan siber berupa peretasan yang menyerang infrastruktur. Agen Domino
Baca Juga : Penemuan 6.000 Ton Beras Busuk Ditemukan di Gudang Bulog OKU Timur
"Infrastruktur KPU itu tidak hanya berkaitan web untuk proses perhitungan tapi untuk prosesnya ada sistem informasi logistik, ada informasi perhitungan dan ada sistem informasi yang digunakan dalam kaitannya dengan persiapan ini juga sangat rentan diserang," ujar Sulistyo.
Kemudian serangan siber yang berkaitan dengan kebocoran. Biasanya kebocoran ini merupakan kesalahan sumber daya manusia yang bertanggung jawab dalam keamanan siber di KPU yang bisa dimanfaatkan oleh peretas. Sulistyo juga menjelaskan kebocoran data tidak hanya terjadi di KPU atau Badan Pengawas Pemilu, tapi juga bisa terjadi kebocoran data dua pasangan calon presiden dan wakil presiden.
"Kami juga ingin menyampaikan ke publik serangan bukan hanya pada Penyelenggara dalam hal ini KPU atau Bawaslu tapi juga sangat mungkin terjadi terhadap peserta. Jadi untuk lebih hati-hati bagaimana mengelola data dan informasinya di tim suksesnya," tutur Sulistyo.
Oleh karena itu, Sulistyo menjelaskan agar setiap pasangan calon menjaga kerahasiaan data dan informasi di tim sukses masing-masing.
"Bukan hanya di kandidat capres cawapres, tapi juga di kandidat di lingkaran dalam yang bisa jadi kemudian dimanfaatkan oleh lawannya untuk merusak citra dirinya di masyarakat. Itu kan sangat akan mengganggu sekali," ujar Sulistyo.
Selanjutnya setelah terjadi pembobolan data dan kebocoran data, peretas akan melakukan teknik amplifikasi untuk menambah dampak negatif dengan menggunakan media sosial.
"Amplify itu informasinya diamplifikasi melalui sosial media, di-boost sedemikian rupa sehingga dampaknya akan masif sekali," tutur Sulistyo. Agen Domino
No comments:
Post a Comment